Tampilkan postingan dengan label Super Junior. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Super Junior. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Januari 2015

Can We Survive?/Part 1




Author : Lee Sangra

Cast :Castaku di siniadalah lee sangra, terserah kalian maumikirsiapajuga.
all Super Junior, and Kpop artist

Genre : Romance, friendship, thriller, mature, and many more

Rating : PG-18

Length :1 of ?

Disclaimer: I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.

Summary :ingatlah prolog

Note : FF ni 100% fiksi, 100% khayalan author.

Yang g suka, silahkantekantombolkembali, padalayaranda, gampangkan ^.^

Tapikalo dah terlanjurdibacatolongtinggalkanjejak.

*Yg italic arti’y bukan bahasa indonesia.

SILENT READER GO

***

Eoremmanida, gimana kabar kalian?

Rasanya aneh ketemu di FF straight, tpi bukan berarti author berpindah haluan. Tenang aja, tetep setia kok.

It’s pretty different right now, author lanjutin cerita dulu yang baru selesai prolognya doank, dan TA~DA~ here is it.

Part pertama dari FF zombie yg pengen bgt author bikin, sejak prolognya rilis, lama sich tapi akhirnya tetep selesai juga.

Yokattandayo, haengbokkanda.

Well, HAPPY READ

***

Aku tidak tahu dari mana semua ini berawal...

Tapi ...

Yang aku tahu hanya awal, dimana kehidupanku berubah sepenuhnya, mengubah seluruh dunia sepenuhnya.

Berubah dari titik ini, tempat aku memijakkan kakiku, tempat yang selalu menjadi saksi bisu dari kehidupan yang selalu kulalui ...

Semua berawal dari sini, di saat tak seorang memperkirakan kejadian tragis ini ...

***

Bandung, 02 Juli 20XX 05:57 WIB

Sangra-ya! Palli irreonaba! Ini sudah pukul 7, bukankah kau ada kuliah pagi hari ini?” teriak eommaku yang selalu berhasil membuatku membuka mata dalam sekejap, mengalah 3 jam weker yang ku set setiap saat berharap bisa membangunkan tetapi tidak.

ye, arraseoyo.” Teriakku agar dia berhenti mengtuk pintu.

Aku lalu bangkit dari tempat tidurku dengar mata yang kembali terpejam, dengan enggan melepas selimut biru yang membungkus tubuhku yang kedinginan karena hujan semalam.

Rasa malas mulai menjalar ke tubuhku, membuatku hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan handuk bertengger di bahuku.

Sangra-ya, palli irreonabayo!  teriak eomma membuatku membuka mata mata dan dengan cepat masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan cepat pula.

***

Aku yang berkuliah di di universitas swasta di Bandung, yang terkenal karena spanduknya yang berada dimana-mana. Saat ini aku berada di semester 5 tingkat 3 yang memasuki sesi 2 pembelajaran minggu ini.

Aku merasa sangat malasa untuk pergi ke kampus karena hari ini semua kelompok harus melakukan presentasi di hadapan kelas, dengan tema mengenai sistem.

Aku langsung turun setelah selesai mandi, berpakaian rapi, dan memasukkan buku-buku untuk mata kuliah hari ini, dan melihat eomma sedang duduk di depan meja makan.

“yang lain sudah pegi?” tanyaku dalam bahasa indonesia yang dijawab dengan anggukan dari eomma.

Eommaku yang merupakan keturunan Indo-Korea dengan wajah dominan sunda baru berhenti bekerja dan kini menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, sedangkan appa adalah keturunan Indo-Jepang yang lama di Korea untuk pekerjaannya sebagai peneliti, dan mempertemukan mereka di sana.

Aku mempunyai seorang eonni bernama BoA yang sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah ini.

Dan juga seorang namdongsaeng yang bersekolah di bangku SMK Negeri yang ada di depan balai kota di bandung bernama Heechul.

“kakakmu baru saja pergi ke pasar untuk membeli persediaan di toko kecilnya, adikmu sudah pergi ke sekolah lebih awal karena dia piket... dan ...” terdengar nada yang mulai menurun dari suaranya “...appamu belum pulang sejak dua hari yang lalu.” Ucapnya dengan nada sedih dan wajah yang ditekuk.

Wae? Memangnya dua hari yang lalu appa pergi kemana? Appa tidak bilang apa-apa sebelum pergi?” tanyaku sambil melahap nasi dan sup yang sudah disediakan eomma pagi ini untuk sarapan.

“dia pergi ke Banjaran untuk mencari tanah yang dijual.”

“sudah eomma telepon?”

“sudah berkali-kali eomma telepon tapi terus direject oleh appamu.” Keluh eomma.

“eomma juga sudah memberi tahu Boa dan Heechul tentang hal ini, dan juga menelpon saudara dan teman-teman appamu, tapi mereka juga tidak tahu.”

“eomma, tenanglah. Akan akan kucari appa setelah pulang dari kampus nanti.” Ucapku menghiburnya.

Kulihat jam dinding berwarna putih dan cukup antik, yang dipasang tepat di dinding yang ada di ruang tengah di atas tv, yang menunjukkan pukul 7 tepat.

“eomma pergi ke banjaran juga?” tanyaku sambil beranjak dari kursi setelah selesai makan.

“kurasa begitu, rencananya nanti sore eomma baru berangkat.” Ucapnya

Aku merasa sedikit khawatir karena eomma berniat pergi sendiri.

Semoga semuanya baik-baik saja.

***

Cuaca hari ini cukup cerah, untuk dinikmati tapi saat ini tidak, aku berjalan cepat menuju jalan besar untuk naik angkutan kota yang menjadi alat transportasiku menuju kampus, mengingat 20 menit lagi maata kuliah pertama dimulai.

Aku langsung naik angkutan kota yang hanya sisa satu bangku kosong saja untuk satu penumpang yaitu aku.

Selama perjalanan ke kampus, terlihat banyak mobil polisi, pemadam kebakaran dan ambulance yang melaju cepat ke arah yang berlawanan denganku.

Kurogoh hhandphoneku, dan kubuka satu-satunya sosial media yang kupunya yaitu facebook.

Kulihat status orang-orang yang terdengar aneh, seperti ‘ini kiamat’, ‘aku tidak mau mati’, dan berbagai status yang tak enak untuk dibaca.

Kuketik statusku dan langsung kushare yang berisikan, ‘ada banyak mobil rescue terus lewat hari ini. Kenapa ya?’, setelah itu kututup dan kusimpan lagi ke dalam tas.

Aku langsung turun dari angkutan kota itu, saat sampai di gerbang kampus.

Masih ada 5 menit lagi, sebelum mata kuliah pertama dimulai.

Selama aku berjalam menuju kelas, aku bbertemu teman-temanku yang sekarang sudah berbeda kelas, dan menyapa mereka, dan berbasa-basi.

Kelasku pagi ini berada di lantai 3, dan ternyata mata kuliahku sudah mulai 5 menit ang lalu.

Aku langsung masuk saat dosen mengizinkannya, dan duduk di kursi kosong di samping temanku.

annyeong?” sapa perempuan bernama Hyorin, yang sangat menyukai dunia K-Pop dan lumayan pasif berbahasa korea, padaku.

Dia cukup fasih dalam berbahasa korea, pertemanan kami bermula karena hal itu, sejak semester 3 lah, kami bertemu dan berteman, dia adalah salah satu dari 5 teman baiku yang ada di kampus ini. Tubuhnya lebih kecil dariku dan lebih pendek dariku.

Selama pelajaran berlangsung, aku tidak sedikit pun bisa menyerap materi yang sedang dijelaskan dosen, dan kelompok yang saat itu presentasi ke depan.

“sangra?” panggil seseorang dari belakang, aku lalu melihat ke belakang dan menemukan Hyuna sedang melihat ke arahku.

“antar aku ke toilet, aku sudah tidak tahan.” Ucapnya, dia adalah salah satu dari 5 teman baikku.

Temanku yang satu ini cukup cantik dibanding yaang lain, dengan tinggi badan yang sama denganku, tapi dia senang menggunakan highheels agar membuatnya terlihat tinggi.

kajja, aku juga ingin ke toilet.” Ucapku lalu meminta izin pada sang dosen yang langsung mengizinkan..

Aku sedikit heran pada Hyuna, karena setiap ingin pergi ke toilet ataupun ke cafetaria, dia selalu mengajakkanku, padahal di saat seperti itu, dia sedang bersama teman baiknya saat SMA.

Saat ku tutup pintu kelas, dari jauh ku lihat banyak terjadi kebakaran di sana sini. Asap hitam yang muncul begitu besar dan sangat pekat disetai api yang semakin menyebar kebangunan yang sebelahnya. Aku yang ada dilantai tiga bisa melihat situasi yang ada. Kulihat orang-oran berlarian kesana-kemari dan sesekali melihat kebelakang seakan mereka sedang dikejar oleh sesuatu.

‘Ada yang tidak beres’ pikirku.

“hyuna lebih baik kita kekelas sekarang” ucapku padanya yang sudah jauh.

“apa??cepatlah aku sudah tidak tahan lagi” teriaknya.

Aku kembali berjalan mengejarnya, berusaha mengenyahkan kecurigaanku terhadap semua keanehan yang terjadi.

***

Seorang pria sedang berjalan dengan langkah kaku dan picang, keluar dari gang sempit yang hanya bisa dimasuki sebuah motor. Pria itu berjalan menuju keramaian dimana terdapat banyak orang yang bersenda gurau disana.

Tak seorangpun menyadari keganjilan dari pria itu, meski kulitnya yang pucat seakan tak bernyawa, meski nafasnya yang terkesan berat dan dalam, meski darah segar mengalir keras dari pinggangnya yang membasai celana juga menetes mengotori aspal yang terlihat baru itu.

Hingga beberapa menit kemudian, salah satu pria yang asik tertawa melihat darah yang membasahi tubuh pria itu.

Ia langsung lari medekati pria yang berlumuran darah itu, membuat yang lain ikut melihat dan mendekati pria itu.

“kamu gak apa-apa??” ucapnya saat melihat darah yang mulai tercium baunya itu.

Namun dalam waktu yang sangat cepat, pria berlumuran darah itu menarik kerah baju pria dihadapannya dan langsung menggigit bagian lehernya hingga dagingnya ikut terangkat dan darah menyembur dalam jumlah yang sangat banyak, membuat pria yang lain yang lebih dekat dengannya terkena cipratan darah tersebut.

“Argggghhh!!!nyeri tulunnngggg!! aaaaarght” tekiak dia yang tergigit itu sambil berlutut dan menahan lukanya yang tak henti mengeluarkan darah.

Orang-orang disekitarnya hanya bisa melihat dan heran bercampur rasa takut yang membuat mereka tak bisa bergerak, bahkan menolong pria yang sudah tergeletak diaspal itu.

Selama mereka memperhatikan pria yang tergeletak dan pria yang menggigit itu, tanpa mereka sadari, dari gang kecil yang merupakan asal dari pria itu datang, muncul segerombolan orang-orang yang sama dengan pria yang sebelumnya.

Mereka berkulit pucat seakan tak bernyawa, nafas yang berat serta dalam serta darah segar yang mengalir deras dari berbagai bagian tubuh yang berbeda, yang membasahi tubuh mereka.

Seorang pria yang terkena cipratan darah berbalik saat mendengar banyak suara langkah kaki di belakangnya.

Pria itu terjatuh sambil berteriak karena terkejut oleh kedatangan mereka.

Sedangkan yang lain sudah pergi melarikan diri.

Mereka ikut berlari mengikuti orang-orang yang berlari, tak sedikitpun memperhatikan pria yang terjatuh.

Saat memperhatikan mereka semua yang berlari menjauh, tanpa dia sadari, pria yang tadi tergeletak titiba-tiba membuka mata dan mencengkram kaki pria yang terjatuh. Begitupula dengan pria yang menggigit, yang ikut mencengkram kakinya.

Pria yang tergeletak sudah melihat ke arahnya, saat dia kembali melihat pria itu.

Mata pria itu terbelalak saat dua orang itu bangun dan memangsanya, mengoyak dagingnya dengan sangat kejam, mengunyahnya dan menelannya seakan itu adalah makanan yang baru saja selesai dimasak. Tak sedikitpun mempedulikan rasa sakit dan jeritannya ...

***

“kudengar pacar Sulli selingkuh? Apa kau tahu tentang itu?” ucap Hyuna padaku, sambil masuk ke toilet.

“aku tidak tahu. Apa kau melihatnya secara langsung?” tanyaku, lalu msuk ke toilet di sebelahnya, tepatnya di bagian tengah dari tiga toilet yang ada di dalam toilet wanita itu.

“ya. Tapi aku tidak yakin orang itu dia. Tapi tidakkah kau berpikir belakangan ini Sulli sedikit murung.” Balasnya.

“oh ya? Aku tidak terlalu memperhatikannya. Aku-” ucapanku tiba-tiba terhenti saat terdengar suara pintu yang menutup dengan keras dari luar yang kurasa itu adalah pintu masuk ke dalam toilet.

OMO, Waegeurae?” ucapku sambil bergegas keluar dari toilet yang kupakai.

Aku lalu keluar dan melihat Hyuna yang terkejut melihat seorang pria, yang berdiri dengan nafas tersenggal dan wajah pucat seperti baru saja melihat hantu.

“hei? Kau tahu ini toilet wanita kan? Apa kau tidak melihat tanda yang ada di luar?” ucapku membentak pria itu.

“tentu saja aku tahu. Apa kau pikir aku bodoh?” balas pria itu membentak.

“kalau begitu kau memang bodoh. Karena kau tetap masuk padahal kau tahu hal itu.” Balasku.

Terdengar suara teriakan wanita maupun pria dari luar ditambah dengan langkah kaki orang yang terdengar seperti sedang berlari. Pintu toilet yang dipakai untuk keluar yang menutup, tiba-tiba diketuk dengan cara kasar, menghentikan debatku dengan pria itu.

“buka pintunya! Biarkan aku masuk?” teriak seorang pria dari luar, disertai ketukan pintu yang tak henti, membuat kami menutup mulut dan memfokuskan diri pada suara pria di luar.

“jangan mendekat, argh, aku bilang jangan mendekat, ja-“ ucap suara itu terhenti, disertai darah yang mengalir melalui sela pintu bagian bawah.

“apa-apaan semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” ucap Hyuna dengan suara yang melengking.

“SSSSSt, mereka akan mendengar kita.” Ucap pria itu.

“mereka? Siapa yang maksud dengan mereka?” tanyaku padanya.

Pria itu lalu berjalan mondar-mandir, terlihat panik, merasa tidak yakin akan apa yang hendak dia katakan pada kami berdua.

“ini memang terdengar tidak masuuk akal, tapi mereka yang kumaksud adalah Zombie...” uca pria itu pada akhirnya, yang memang terdengar tidak masuk akal bagiku.

mwo? Zombie-rago?” ucapku refleks.

“ya. Mereka zombie seperti yang ada di dalam film di TV.”

“itu pasti hanya akal bulus pria bernama Leeteuk ini, yang terkenal sebagai Si Pembuat onar.” Ucap seorang wanita yang tak kukenal, yang keluar dari toilet di bagian kanan, sebelah toilet yang kupakai.

Wanita yang terlihat sinis dan sombong itu, lalu berjalan menuju pintu keluar, melangkahkan kakinya di atas lantai yang tertutup darah merah itu dengan santai.

Pria yang disebut bernama Leeteuk itu, terlambat menahan si wanita yang sudah terlanjur membuka pintu itu.

Setelah itu, kejadian tak terduga terjadi begitu cepat, hanya dalam hitungan detik.

Seorang pria dengan leher yang berlubang, dan tulang dada yang terlihat jelas, juga pakaian yang berlumur darah, langsung masuk, saat wanita itu membuka pintu sepenuhnya.

Pria itu lalu menyerang wanita itu dengan cepat, memperlihatkanku, daging yang terlepas begitu saja dari tubuh wanita itu oleh gigi begitu saja, dan darah yang menodai dinding di dekatnya, dan bercampur dengan darah yang sebelumnya ada di lantai.

Leeteuk dengan cepat menarik tanganku dan Hyuna, membeku tak sedikitpun bisa bergerak, tak bisa bereaksi apapun, masuk ke dalam toilet yang tadi kumasuki dan menguncinya.

Isakan tangis Hyuna menyadarkanku dari rasa terkejut melebihi apapun.

“ssst, kita tidak boleh bersuara. Mereka akan datang jika kita bersuara.” Ucap leeteuk.

Aku lalu memeluk Hyuna yang terduduk lemas, tak mempedulikan lantainya yag basah.

“apa-apaan ini? Bagaiman bisa semua ini terjadi?” bisikku pada leeteuk.

Tapi dia diam, memfokuskan pendengarannya pada suara di luar seperti tadi.

‘apa yang sebenarnya terjadi?’

Pertanyaan itu berulang kali kuucapkan dalam benakku...

***

_TBC_

Oetthae? Suka g?

Jumat, 07 Desember 2012

Can We Survive?/Prolog


Title : FF/straight/Can We Survive?/Prolog

Author : Lee Sangra

Cast :   cast aku di sini adalah lee sangra, terseraah kalian mau mikir siapa juga.
all Super Junior, and many more

Genre : Romance, friendship, thriller, mature, and many more

Rating : PG-15

Length : series

Disclaimer: I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.

Summary : ingatlah prolog

Note : FF ni 100% fiksi, 100% khayalan author.

yang gak suka, harap jangan dibaca. Tapi kalo dah terlanjur dibaca tolong tinggalkan jejak.

SILENT READER GO

***

Annyeong, minna-san.

Tiba-tiba kepikiran pengen bikin ini.

Idenya muncul gara-gara author seneng banget nonton film zombie, kayak yang paling terkenal Resident Evil, I am Legend, The Walking Dead, bahkan animenya, Highschool Of The Dead.

That’s why, I made this.

100% gak plagiat dan hasil mikir sendiri

***

Entah sejak kapan wabah ini menjalar ke Indonesia.

Dengan jumlah penduduk paling banyak daripada Negara lainnya.

Belum lagi, kawasan padat penduduk yang sangat rawan ini. Sekarang terjadi wabah yang mematikan.

Wabah? Itukah sebutannya? Mungkin virus? Mungkin juga penyakit menular?

Atau

Senjata perang yang sengaja disebarkan di Indonesia dengan penduduknya sebagai kelinci percobaan.

Tapi yang kutahu adalah …

Semua ini terjadi di saat aku sedang tidak bersama keluargaku…

Saat aku sedang tidak bersama orang-orang terdekatku…

Malah aku sedang bersama orang-orang yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.

***

Yang bisa kulakukan hanya tetap hidup.

Mencari mereka.

Orang-orang yang kusaying,

Orang-orang yang kucintai,

Orang-orang yang kukhawatirkan…

***

Jakarta 17.00  -day H+1-

“lalu sekarang bagaimana? Hamper semua wilayah Indonesia terjangkit virus ini.” Ucap seorang pria setengah baya yang sedang rapat bersama menteri keamanan dan orang-orang penting yang memenuhi ruang rapat yang biasanya sepi.

“siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini? Puluhan ribu bahkan jutaan penduduk kita sudah menjadi korban.” Ucap pria yang lebih muda.

Perdebatan di ruang rapat itu semakin memanas, pihak pro dan kontra terus berargumen merasa pendapat merekalah yang paling benar.

Sementara mereka berdebat, di tempat lain para penduduk sedang berusaha menyelamatkan diri. Begitu pula aku …

***

Bandung 18.00 –day H-

Aku terus berlari tanpa tahu dimana aku berada sekarang, menjauh dari ‘mereka’, mayat hidup yang sebenarnya korban wabah ini.

Motor milik sedah kehabisan bahan bakar dan motor lain yang kuambil sembarangan pun sama.

Sedangkan semua pom bensin, terbakar dengan berbagai sebab.

Tujuanku sekarang adalah rumah, memastikan apakah mereka baik-baik saja, atau mungkin …

***

Hehe

Ini baru prolog

Author sengaja bikin prolog buat nyari yang suka dan g suka.

Kalo banyak yang suka bakal author lanjut, tapi kalo g FF ni hanya akan jadi prolog semata.

Yang g suka tapi tetep pengen baca, resikonya tanggung sendiri.

harap tinggalkan jejak berupa komen...

Senin, 07 Mei 2012

My Love Story, Happy or Sad Ending?

Title : FF/My Love Story, Happy or Sad Ending?

Author : Lee Sangra

Cast : Kim Kibum
          Lee Donghae
          Kim Heechul
          Yesung
          Lee Sangra as Yeoja(cwe), pengen’y sich author sendiri, tapi takut dibakar ELF, so tokoh cwe’y cuman imaginasi doank, terserah kalian mau mikirin siapa juga.

Genre : Romance, Hurt, dll

Rating : PG-15

Disclaimer: I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.

Note : yang g minat g usah baca, yang udah baca tinggalkan jejak, kalo g?

SILENT READER GO AWAY

***

Annyeong ^.^v

I’m back dengan ff yang berbeda dari biasanya, bisa disebut FF Special Edition. Ni ff sengaja di bikin karena author dah janji ke chingu author. Baru sempet sekarang. FF ni juga di publish di beberapa fanpage yang author jaga + masuk ke blog author juga.

Tenang ja, author g da niatan buat beralih profesi kok. Tetep jadi author BxB a.k.a yaoi, ni cuman selingan ja.

HAPPY READ

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi aku masih ada di sini terhalang hujan lebat, berdiri di teras sekolah sambil memandang hujan yang turun, sendirian.

“Aish, aku lupa bawa payung. Padahal ini awal semesterku di SMA, belum lagi aku baru putus dengan Yesung, sepertinya hatiku semendung langit sore ini.” Gumamku bicara pada diriku sendiri.

Tanpa kusadari, ternyata sudah ada seorang namja (lelaki) berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Tubuhnya tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang namja. Dialah Kim Kibum yang merupakan teman sekelasku, orang yang dingin dan cuek.

“HI?” sapaku terlebih dahulu padanya saat dia melihatku.

Dia hanya melihatku sekilas, lalu kembali memandang hujan. Hujan yang mulai turun tidak terlalu lebat memmbuatnya membetulkan jaket hoodie yang dia kenakan lalu menorobos hujan dengan berlari kecil. Gerakkannya tiba-tiba berhenti lalu berbalik ke arahku.

“aku duluan ya, Sangra?” ucapnya tak lupa ‘killer smile’ andalannya dan juga lambaian tangan.

“Ne (ya)” jawaku, kalau saja aku tidak kebal, aku mungkin sudah jatuh cinta padanya.

“mau kuantar?” Tanya seseorang yang sudah berdiri di sampingku. Reflex akupun menoleh ke sumber suara dan melihat wajahnya. Ternyata Lee Donghae, siswa kelas 2-B, yang merupakan pemain initi di kulb sepak bola sekolah ini.

“kebetulan aku membawa 2 payung dan hari sudah mulai gelap. Seorang yeoja (permpuan) tidak boleh jalan sendirian di malam hari.” Lanjutnya, karena aku tak kunjung mengatakan sesuatu, lalu memberikan payung berwarna biru tua ke tanganku.

“kajja (Ayo)!”

***

Selama perjalanan, tidak ada satupun dari kita yang membuka pembicaraan, hanya ada suara hujan, kendaraan yang berlalu lalang dan langkah kaki yang terdengar.

“Sudah sampai, ini rumahku.” Ucapku mebuat langkah kami berhenti bersamaan.

Saat aku hendak memberikan payung miliknya yang ada di tanganku.

“Sangra?” panggilnya membuat gerakan ku terhenti.

“wae chae iremen arraseoyo (Kenapa tahu namaku)?” Tanyaku heran.

“Aku selalu memperhatikanmu semenjak kau mendaftar masuk ke SMA kita sekarang. Karena itu … aku ingin kau menjadi pacarku? Saranghamnida (aku mencintaimu)” ucapnya dengan penuh keyakinan.

“baiklah, aku rasa aku juga mulai menyukaimu, Donghae oppa (kakak cwo)” jawabku berusaha tenang dan tidak lupa tersenyum.

***

“noona (kakak cwe), kenapa lama sekali? Aku sudah mati kelaparan, arra (tahu)?” ucap dongsaeng (adik) ku bernama Kim Heechul, saat aku baru saja masuk rumah.

“cih, mana ada orang yang mati kelaparan bisa bermain game dengan heboh seperti itu?” ucapku jengkel saat melihatnya dengan lincah menggerakkan stik game dengan jarinya.

“benar juga. Tapi aku melakukan ini agar aku bisa melupakan laparku, dari tadi perutku berteriak dengan volume paling keras minta diisi.” Belanya

“arraseo (aku mengerti), aku akan masak, lagipula aku juga lapar.” Ucapku menghentikkan perdebatan yang biasa kita lakukan.

Aku lalu pergi ke kamarku untuk mengganti pakaian, kemudian ke dapur.

“kita makan spaghetti saja, ya?” teriakku pada heechul yang yang masih asyik bermain game.

“terserah noona saja.” Teriaknya balik.

Kami hanya tinggal berdua karena umma (ibu) sudah meninggal sedangkan appa (ayah), dia jarang sekali pulang, malah bisa dibilang tidak pernah pulang. Sebelum umma meninggal pun sikapnya sudah seperti itu.

Usiaku dengan heechul hanya berbeda 1 tahun, sekarang aku kelas 1 SMA sedangkan dia kelas 3 SMP, meskipun begitu terkadang sikapnya lebih dewasa disbanding usianya.

“keunnaseoyo (sudah selasai)” mendengar teriakanku, heechul langsung meninggalkan gamenya dan berlari ke arah dapur dengan cepat.

“noona, kau baru jadian ya?” ucapnya sebelum melahap makanannya.

“waegeurae arraseoyo (kenapa kau bisa tahu)?” ucapku sedikit terkejut lalu ikut melahap makananku, setelah melepas celemek yang tadi terpasang di badanku.

“aku hanya asal tebak.” Ucapnya datar.

“aish, kau selalu saja seperti itu.” Ucapku kesal, entah kenapa dia selalu tahu apa yang terjadi padaku. Padahal aku sama sekali tidak mengatakan apapun. Banyak teman-temanku yang bilang kalau ekspresiku sama saja bila sedang sedih maupun sedang senang. Saat aku putus dengan yesung pun, dialah yang pertama tahu tentang hal itu.

***

_6 bulan kemudian_

Kebahagiaan berlalu begitu cepat saat kejadian itu muncul.



***

Pagi itu, aku masuk ke kelasku, dan terus berjalan menuju tempat dudukku.

“sangra-ya?” panggil seseorang yang kutahu bernama Kibum.

“ne (ya)?” kubalikan tubuhku karena tempat duduknya berada di belakang tempat dudukku.

“aku ingin bertanya sesuatu padamu? Boleh?” tanyanya santai dengan punggung bersandar di punggung kursi dan lengan dilipat di depan dada.

“keureomyon, wae (tentu, kenapa)?”

“apa yang akan kau lakukan jika pacarmu terlihat mesra di depan mata kepalamu sendiri?”

“nae (aku)? Entahlah. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“aku hanya berpikir, jika yeoja lain yang mengalami hal seperti itu, mereka pasti akan mendekati pacarnya lalu memukul atau menyiram air sambil menangis. Lalu apa kau akan seperti itu juga?”

“tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu. Aku mungkin akan mencari tahu kebenarannya dan menyelesaikan semuanya.” Jelasku.

“tapi, kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Jangan-jangan kau pernah di siram air oleh mantanmu karena ketahuan selingkuh ya?” tanyaku iseng, yang tidak dia jawab dan malah pergi ke tempat duduk lain dan mengobrol dengan para namja di kelas.

***

Belakangan ini, Donghae oppa, sibuk dengan latihannya karena akan ada pertandingan 2 hari lagi. Dan sekarang awal bulan, aku harus berbelanja stok makanan untuk bulan ini.

Heechul sendiri sedang sibuk mengurus keperluannya untuk nanti pergi ke London menerima beasiswa dan bersekolah di sana.

Aku rasa aku akan kesepian jika heechul tidak ada.

***

Setelah selesai berbelanja, aku memilih untuk keluar lewat lantai atas, melihat-lihat apa ada yang bisa menarik perhatianku.

Saat aku hendak memasuki toko yang ada di depanku, tiba-tiba langkahku terhenti, karene ada sesuatu yang benar-benar menarik perhatianku.

Aku bisa merasakan tubuhku kaku dan jantungku berdetak cepat. Entah apa yang kupikirkan tapi apa yang sedang kulihat di depan mataku ini nampak begitu nyata, ini memang bukan mimpi.

Orang itu. Tangan yang selalu menggenggam tanganku, kini sedang menggandeng seorang yeoja. Senyum yang hanya ditunjukan padaku, kini diperlihatkan pada yeoja itu.

Semua sudah berubah, aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Kuputuskan untuk pulang saja. Semua yang harus ku beli sudah ada dalam tas di tanganku.

***

Malam minggu tiba begitu cepat, sudah 5 hari sejak kejadian itu terjadi. Donghae oppa mengajakku ke tempat yang biasa kita gunakan untuk menghabiskan malam minggu bersama.

Kuputuskan untuk berdandan lebih cantik, dress selutut yang di padupadankan dengan blazer setengah badan dan heels yang baru saja kubeli kemarin dengan warna yang serasi.

***

“hi, kau siap?” ucapnya saat dia melihatku keluar rumah dan aku melihatnya sudah ada di depan gerbang dengan motornya.

Aku langsung berjalan menghampirinya.

“kajja!” ucapnya, mengisyaratkan untuk naik ke atas motornya

***

“5 hari yang lalu, kau kemana saja?” tanyaku saat kami duduk di bangku taman setelah kita berkeliling di taman yang kebetulan sedang ada acara.

“kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang apa yang kulakukan? Tidak biasanya.” Ucapnya sambil tersenyum.


“aku … melihatmu di depan toko sedang gandengan dengan seorang yeoja.” Ucapku membuat senyumnya menghilang seketika.

“siapa dia? Bisa kau jelaskan padaku?” tanyaku karena dia hanya diam sambil menatapku.

“Semuanya sudah jelas dari sikap diammu itu. Dan keputusan sudah pasti.” Ucapku sambil beranjak dari bangku taman itu.

“dengarkan dulu penjelasanku?” ucapnya sambil berdiri seolah baru sadar dari keterkejutannya.

“aku pernah bertemu dan mengobrol dengannya saat di pertandinagn sepak bola waktu itu. Dan dia termasuk yeoja yang baik, kau harus menjaganya baik-baik. Dan … jangan buat dia terluka sepertiku.” Ucapku sambil tersenyum.

“sangra, aku …” ucapnya berusaha mencegah kepergianku.

“Donghae oppa, gomawo (terima kasih), sudah menjadi pacarku dan menyukaiku selama ini.” Ucapku sambil memukul dadanya pelan lalu pergi meninggalkanya dengan langkah santai lalu menghela nafas merasa lega karena semua ini sudah berakhir.

Saat aku sudah berhenti di pinggir jalan dan berniat untuk mamanggil taxi tiba-tiba ada sebuah motor berhenti di depanku.

“kibum-ah?” ucapku terkejut dan heran dengan keberadaannya di sini.

“ta (naiklah)? Kuantar kau pulang?” perintahnya dingin yang langsung aku turuti.

***

“kenapa kau bisa ada di sana?” tanyaku saat motor mulai melaju.

“untuk melihatmu memutuskan pacarmu.”

“wae? Kau takut aku menangis, ya?” tanyaku yang seperti biasa dia jawab dengan diam saja.

Setelah itu, tidak ada satupun dari kita yang membuka mulut untuk berbicara.

“gomawo.” Ucapku sambil turun dari motornya.

“jadilah pacarku?” ucapnya tiba-tiba sambil memegang satu tangannku.

“aku menyukai saat kau menyapaku di teras sekolah waktu itu, tapi ternyata aku didahului oleh orang yang baru saja kau putuskan itu.”

Tidak biasanya aku terkejut dan berdebar seperti ini. Dia berbeda dari yang lain.

***

“tidak bisakah kau ketuk pintunya sebelum kau masuk ke kamarku, bagaimana jika aku sedang telanjang, huh?” ucapnya kesal saat aku seenaknya masuk ke kamarnya lalu merebahkan tubuhku di atas tempat tidur miliknya sedangkan dia sedang menonton televisi sambil bersandar di sisi tempat tidur.

“diamlah, aku sedang sedih hari ini.”

“jangan bercanda, aku tahu baru saja jadian lagi tadi.” Ucapnya tanpa sedikitpun melihatku.

“jinjja wae arraseoyo (sebenarnya kenapa kau bisa tahu)?” ucapku sarkatis dan menyenderkan daguku di bahunya.

“cerewet, hal seperti itu sangat mudah ditebak.”

“aish, kau selalu saja seperti itu. Oh ya, besok kita jalan-jalan yuk? Ada diskon besar di toko yang tadi siang kulihat.”

“kenapa kau tidak ajak saja pacar barumu itu?”

“Shireo (tadak mau), kau kan sebentar lagi akan pergi. Aku pasti akan merindukanmu.” Ucapku manja sambil memeluk lehernya.

“haah, arraseo (aku mengerti). Kita pergi besok.” Ucapnya pasrah, menyerah dengan perdebatan kita.

***

Sudah satu bulan sejak kepergian Heechul ke London, aku sangat merindukannya. Sekarang aku berdiri di teras sekolah menunggunhujan reda. Lagi-lagi aku membawa payung.

“kau masih di sini?” tanya seseorang dari kejauhan yang sedang berjalan mendekat ke arahku yang ternyata adalah Donghae oppa.

“ne, hujannya masih belum reda.” Jawabku setelah dia berdiri di sampingku.

“kau baik-baik saja? Bagaimana kabarmu?” tanyanya sambil melihat ke arah hujan turun.

“tentu saja. Oppa sendiri masih bersama dia kan?” tanyaku ikut melihat hujan turun.

“tentu saja. Aku menuruti perintahmu. Dia memang gadis yang baik. Aku harus menjemputnya sekarang. Bye, jaga dirimu.” Ucapnya berlalu setelah mengacak rambut.

Tanpa ku sadari, hujan sudah berhenti berkunjung. Ku putuskan untuk langsung pulang, saat aku berbelok setelah melewati pintu gerbang. Langkahku terhenti oleh seseorang yang pernah mengisi hari-hariku. Namja yang langsung berdiri menghadap ke arahku dengan tangan masuk ke dalam saku jaket yang dia kenakan.

“sangra-ya?” ucapnya dengan nada bahagia.

“yesung oppa?” ucapku terkejut sekaligus heran kenapa dia ada di sini.

“kembalilah padaku?” pintanya langsung tanpa menyapaku. Apa maksudnya ini?

_THE END_

Eotthae? Ngegantung y? sengaja kok.

FF ni tuch sebenarnya 1 bagian dari novel yang pengen author bikin tapi g jadi2. Udah jangan bahas novel, komen ttg isinya y.

Oh ya, 1 lagi. Ada 1 adegan yang author ambil dari pengalaman author sendiri. Apa ya? Yups, cara mutusin cwo. Wkwkwk.