Kamis, 01 Januari 2015

Can We Survive?/Part 1




Author : Lee Sangra

Cast :Castaku di siniadalah lee sangra, terserah kalian maumikirsiapajuga.
all Super Junior, and Kpop artist

Genre : Romance, friendship, thriller, mature, and many more

Rating : PG-18

Length :1 of ?

Disclaimer: I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.

Summary :ingatlah prolog

Note : FF ni 100% fiksi, 100% khayalan author.

Yang g suka, silahkantekantombolkembali, padalayaranda, gampangkan ^.^

Tapikalo dah terlanjurdibacatolongtinggalkanjejak.

*Yg italic arti’y bukan bahasa indonesia.

SILENT READER GO

***

Eoremmanida, gimana kabar kalian?

Rasanya aneh ketemu di FF straight, tpi bukan berarti author berpindah haluan. Tenang aja, tetep setia kok.

It’s pretty different right now, author lanjutin cerita dulu yang baru selesai prolognya doank, dan TA~DA~ here is it.

Part pertama dari FF zombie yg pengen bgt author bikin, sejak prolognya rilis, lama sich tapi akhirnya tetep selesai juga.

Yokattandayo, haengbokkanda.

Well, HAPPY READ

***

Aku tidak tahu dari mana semua ini berawal...

Tapi ...

Yang aku tahu hanya awal, dimana kehidupanku berubah sepenuhnya, mengubah seluruh dunia sepenuhnya.

Berubah dari titik ini, tempat aku memijakkan kakiku, tempat yang selalu menjadi saksi bisu dari kehidupan yang selalu kulalui ...

Semua berawal dari sini, di saat tak seorang memperkirakan kejadian tragis ini ...

***

Bandung, 02 Juli 20XX 05:57 WIB

Sangra-ya! Palli irreonaba! Ini sudah pukul 7, bukankah kau ada kuliah pagi hari ini?” teriak eommaku yang selalu berhasil membuatku membuka mata dalam sekejap, mengalah 3 jam weker yang ku set setiap saat berharap bisa membangunkan tetapi tidak.

ye, arraseoyo.” Teriakku agar dia berhenti mengtuk pintu.

Aku lalu bangkit dari tempat tidurku dengar mata yang kembali terpejam, dengan enggan melepas selimut biru yang membungkus tubuhku yang kedinginan karena hujan semalam.

Rasa malas mulai menjalar ke tubuhku, membuatku hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan handuk bertengger di bahuku.

Sangra-ya, palli irreonabayo!  teriak eomma membuatku membuka mata mata dan dengan cepat masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan cepat pula.

***

Aku yang berkuliah di di universitas swasta di Bandung, yang terkenal karena spanduknya yang berada dimana-mana. Saat ini aku berada di semester 5 tingkat 3 yang memasuki sesi 2 pembelajaran minggu ini.

Aku merasa sangat malasa untuk pergi ke kampus karena hari ini semua kelompok harus melakukan presentasi di hadapan kelas, dengan tema mengenai sistem.

Aku langsung turun setelah selesai mandi, berpakaian rapi, dan memasukkan buku-buku untuk mata kuliah hari ini, dan melihat eomma sedang duduk di depan meja makan.

“yang lain sudah pegi?” tanyaku dalam bahasa indonesia yang dijawab dengan anggukan dari eomma.

Eommaku yang merupakan keturunan Indo-Korea dengan wajah dominan sunda baru berhenti bekerja dan kini menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, sedangkan appa adalah keturunan Indo-Jepang yang lama di Korea untuk pekerjaannya sebagai peneliti, dan mempertemukan mereka di sana.

Aku mempunyai seorang eonni bernama BoA yang sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah ini.

Dan juga seorang namdongsaeng yang bersekolah di bangku SMK Negeri yang ada di depan balai kota di bandung bernama Heechul.

“kakakmu baru saja pergi ke pasar untuk membeli persediaan di toko kecilnya, adikmu sudah pergi ke sekolah lebih awal karena dia piket... dan ...” terdengar nada yang mulai menurun dari suaranya “...appamu belum pulang sejak dua hari yang lalu.” Ucapnya dengan nada sedih dan wajah yang ditekuk.

Wae? Memangnya dua hari yang lalu appa pergi kemana? Appa tidak bilang apa-apa sebelum pergi?” tanyaku sambil melahap nasi dan sup yang sudah disediakan eomma pagi ini untuk sarapan.

“dia pergi ke Banjaran untuk mencari tanah yang dijual.”

“sudah eomma telepon?”

“sudah berkali-kali eomma telepon tapi terus direject oleh appamu.” Keluh eomma.

“eomma juga sudah memberi tahu Boa dan Heechul tentang hal ini, dan juga menelpon saudara dan teman-teman appamu, tapi mereka juga tidak tahu.”

“eomma, tenanglah. Akan akan kucari appa setelah pulang dari kampus nanti.” Ucapku menghiburnya.

Kulihat jam dinding berwarna putih dan cukup antik, yang dipasang tepat di dinding yang ada di ruang tengah di atas tv, yang menunjukkan pukul 7 tepat.

“eomma pergi ke banjaran juga?” tanyaku sambil beranjak dari kursi setelah selesai makan.

“kurasa begitu, rencananya nanti sore eomma baru berangkat.” Ucapnya

Aku merasa sedikit khawatir karena eomma berniat pergi sendiri.

Semoga semuanya baik-baik saja.

***

Cuaca hari ini cukup cerah, untuk dinikmati tapi saat ini tidak, aku berjalan cepat menuju jalan besar untuk naik angkutan kota yang menjadi alat transportasiku menuju kampus, mengingat 20 menit lagi maata kuliah pertama dimulai.

Aku langsung naik angkutan kota yang hanya sisa satu bangku kosong saja untuk satu penumpang yaitu aku.

Selama perjalanan ke kampus, terlihat banyak mobil polisi, pemadam kebakaran dan ambulance yang melaju cepat ke arah yang berlawanan denganku.

Kurogoh hhandphoneku, dan kubuka satu-satunya sosial media yang kupunya yaitu facebook.

Kulihat status orang-orang yang terdengar aneh, seperti ‘ini kiamat’, ‘aku tidak mau mati’, dan berbagai status yang tak enak untuk dibaca.

Kuketik statusku dan langsung kushare yang berisikan, ‘ada banyak mobil rescue terus lewat hari ini. Kenapa ya?’, setelah itu kututup dan kusimpan lagi ke dalam tas.

Aku langsung turun dari angkutan kota itu, saat sampai di gerbang kampus.

Masih ada 5 menit lagi, sebelum mata kuliah pertama dimulai.

Selama aku berjalam menuju kelas, aku bbertemu teman-temanku yang sekarang sudah berbeda kelas, dan menyapa mereka, dan berbasa-basi.

Kelasku pagi ini berada di lantai 3, dan ternyata mata kuliahku sudah mulai 5 menit ang lalu.

Aku langsung masuk saat dosen mengizinkannya, dan duduk di kursi kosong di samping temanku.

annyeong?” sapa perempuan bernama Hyorin, yang sangat menyukai dunia K-Pop dan lumayan pasif berbahasa korea, padaku.

Dia cukup fasih dalam berbahasa korea, pertemanan kami bermula karena hal itu, sejak semester 3 lah, kami bertemu dan berteman, dia adalah salah satu dari 5 teman baiku yang ada di kampus ini. Tubuhnya lebih kecil dariku dan lebih pendek dariku.

Selama pelajaran berlangsung, aku tidak sedikit pun bisa menyerap materi yang sedang dijelaskan dosen, dan kelompok yang saat itu presentasi ke depan.

“sangra?” panggil seseorang dari belakang, aku lalu melihat ke belakang dan menemukan Hyuna sedang melihat ke arahku.

“antar aku ke toilet, aku sudah tidak tahan.” Ucapnya, dia adalah salah satu dari 5 teman baikku.

Temanku yang satu ini cukup cantik dibanding yaang lain, dengan tinggi badan yang sama denganku, tapi dia senang menggunakan highheels agar membuatnya terlihat tinggi.

kajja, aku juga ingin ke toilet.” Ucapku lalu meminta izin pada sang dosen yang langsung mengizinkan..

Aku sedikit heran pada Hyuna, karena setiap ingin pergi ke toilet ataupun ke cafetaria, dia selalu mengajakkanku, padahal di saat seperti itu, dia sedang bersama teman baiknya saat SMA.

Saat ku tutup pintu kelas, dari jauh ku lihat banyak terjadi kebakaran di sana sini. Asap hitam yang muncul begitu besar dan sangat pekat disetai api yang semakin menyebar kebangunan yang sebelahnya. Aku yang ada dilantai tiga bisa melihat situasi yang ada. Kulihat orang-oran berlarian kesana-kemari dan sesekali melihat kebelakang seakan mereka sedang dikejar oleh sesuatu.

‘Ada yang tidak beres’ pikirku.

“hyuna lebih baik kita kekelas sekarang” ucapku padanya yang sudah jauh.

“apa??cepatlah aku sudah tidak tahan lagi” teriaknya.

Aku kembali berjalan mengejarnya, berusaha mengenyahkan kecurigaanku terhadap semua keanehan yang terjadi.

***

Seorang pria sedang berjalan dengan langkah kaku dan picang, keluar dari gang sempit yang hanya bisa dimasuki sebuah motor. Pria itu berjalan menuju keramaian dimana terdapat banyak orang yang bersenda gurau disana.

Tak seorangpun menyadari keganjilan dari pria itu, meski kulitnya yang pucat seakan tak bernyawa, meski nafasnya yang terkesan berat dan dalam, meski darah segar mengalir keras dari pinggangnya yang membasai celana juga menetes mengotori aspal yang terlihat baru itu.

Hingga beberapa menit kemudian, salah satu pria yang asik tertawa melihat darah yang membasahi tubuh pria itu.

Ia langsung lari medekati pria yang berlumuran darah itu, membuat yang lain ikut melihat dan mendekati pria itu.

“kamu gak apa-apa??” ucapnya saat melihat darah yang mulai tercium baunya itu.

Namun dalam waktu yang sangat cepat, pria berlumuran darah itu menarik kerah baju pria dihadapannya dan langsung menggigit bagian lehernya hingga dagingnya ikut terangkat dan darah menyembur dalam jumlah yang sangat banyak, membuat pria yang lain yang lebih dekat dengannya terkena cipratan darah tersebut.

“Argggghhh!!!nyeri tulunnngggg!! aaaaarght” tekiak dia yang tergigit itu sambil berlutut dan menahan lukanya yang tak henti mengeluarkan darah.

Orang-orang disekitarnya hanya bisa melihat dan heran bercampur rasa takut yang membuat mereka tak bisa bergerak, bahkan menolong pria yang sudah tergeletak diaspal itu.

Selama mereka memperhatikan pria yang tergeletak dan pria yang menggigit itu, tanpa mereka sadari, dari gang kecil yang merupakan asal dari pria itu datang, muncul segerombolan orang-orang yang sama dengan pria yang sebelumnya.

Mereka berkulit pucat seakan tak bernyawa, nafas yang berat serta dalam serta darah segar yang mengalir deras dari berbagai bagian tubuh yang berbeda, yang membasahi tubuh mereka.

Seorang pria yang terkena cipratan darah berbalik saat mendengar banyak suara langkah kaki di belakangnya.

Pria itu terjatuh sambil berteriak karena terkejut oleh kedatangan mereka.

Sedangkan yang lain sudah pergi melarikan diri.

Mereka ikut berlari mengikuti orang-orang yang berlari, tak sedikitpun memperhatikan pria yang terjatuh.

Saat memperhatikan mereka semua yang berlari menjauh, tanpa dia sadari, pria yang tadi tergeletak titiba-tiba membuka mata dan mencengkram kaki pria yang terjatuh. Begitupula dengan pria yang menggigit, yang ikut mencengkram kakinya.

Pria yang tergeletak sudah melihat ke arahnya, saat dia kembali melihat pria itu.

Mata pria itu terbelalak saat dua orang itu bangun dan memangsanya, mengoyak dagingnya dengan sangat kejam, mengunyahnya dan menelannya seakan itu adalah makanan yang baru saja selesai dimasak. Tak sedikitpun mempedulikan rasa sakit dan jeritannya ...

***

“kudengar pacar Sulli selingkuh? Apa kau tahu tentang itu?” ucap Hyuna padaku, sambil masuk ke toilet.

“aku tidak tahu. Apa kau melihatnya secara langsung?” tanyaku, lalu msuk ke toilet di sebelahnya, tepatnya di bagian tengah dari tiga toilet yang ada di dalam toilet wanita itu.

“ya. Tapi aku tidak yakin orang itu dia. Tapi tidakkah kau berpikir belakangan ini Sulli sedikit murung.” Balasnya.

“oh ya? Aku tidak terlalu memperhatikannya. Aku-” ucapanku tiba-tiba terhenti saat terdengar suara pintu yang menutup dengan keras dari luar yang kurasa itu adalah pintu masuk ke dalam toilet.

OMO, Waegeurae?” ucapku sambil bergegas keluar dari toilet yang kupakai.

Aku lalu keluar dan melihat Hyuna yang terkejut melihat seorang pria, yang berdiri dengan nafas tersenggal dan wajah pucat seperti baru saja melihat hantu.

“hei? Kau tahu ini toilet wanita kan? Apa kau tidak melihat tanda yang ada di luar?” ucapku membentak pria itu.

“tentu saja aku tahu. Apa kau pikir aku bodoh?” balas pria itu membentak.

“kalau begitu kau memang bodoh. Karena kau tetap masuk padahal kau tahu hal itu.” Balasku.

Terdengar suara teriakan wanita maupun pria dari luar ditambah dengan langkah kaki orang yang terdengar seperti sedang berlari. Pintu toilet yang dipakai untuk keluar yang menutup, tiba-tiba diketuk dengan cara kasar, menghentikan debatku dengan pria itu.

“buka pintunya! Biarkan aku masuk?” teriak seorang pria dari luar, disertai ketukan pintu yang tak henti, membuat kami menutup mulut dan memfokuskan diri pada suara pria di luar.

“jangan mendekat, argh, aku bilang jangan mendekat, ja-“ ucap suara itu terhenti, disertai darah yang mengalir melalui sela pintu bagian bawah.

“apa-apaan semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” ucap Hyuna dengan suara yang melengking.

“SSSSSt, mereka akan mendengar kita.” Ucap pria itu.

“mereka? Siapa yang maksud dengan mereka?” tanyaku padanya.

Pria itu lalu berjalan mondar-mandir, terlihat panik, merasa tidak yakin akan apa yang hendak dia katakan pada kami berdua.

“ini memang terdengar tidak masuuk akal, tapi mereka yang kumaksud adalah Zombie...” uca pria itu pada akhirnya, yang memang terdengar tidak masuk akal bagiku.

mwo? Zombie-rago?” ucapku refleks.

“ya. Mereka zombie seperti yang ada di dalam film di TV.”

“itu pasti hanya akal bulus pria bernama Leeteuk ini, yang terkenal sebagai Si Pembuat onar.” Ucap seorang wanita yang tak kukenal, yang keluar dari toilet di bagian kanan, sebelah toilet yang kupakai.

Wanita yang terlihat sinis dan sombong itu, lalu berjalan menuju pintu keluar, melangkahkan kakinya di atas lantai yang tertutup darah merah itu dengan santai.

Pria yang disebut bernama Leeteuk itu, terlambat menahan si wanita yang sudah terlanjur membuka pintu itu.

Setelah itu, kejadian tak terduga terjadi begitu cepat, hanya dalam hitungan detik.

Seorang pria dengan leher yang berlubang, dan tulang dada yang terlihat jelas, juga pakaian yang berlumur darah, langsung masuk, saat wanita itu membuka pintu sepenuhnya.

Pria itu lalu menyerang wanita itu dengan cepat, memperlihatkanku, daging yang terlepas begitu saja dari tubuh wanita itu oleh gigi begitu saja, dan darah yang menodai dinding di dekatnya, dan bercampur dengan darah yang sebelumnya ada di lantai.

Leeteuk dengan cepat menarik tanganku dan Hyuna, membeku tak sedikitpun bisa bergerak, tak bisa bereaksi apapun, masuk ke dalam toilet yang tadi kumasuki dan menguncinya.

Isakan tangis Hyuna menyadarkanku dari rasa terkejut melebihi apapun.

“ssst, kita tidak boleh bersuara. Mereka akan datang jika kita bersuara.” Ucap leeteuk.

Aku lalu memeluk Hyuna yang terduduk lemas, tak mempedulikan lantainya yag basah.

“apa-apaan ini? Bagaiman bisa semua ini terjadi?” bisikku pada leeteuk.

Tapi dia diam, memfokuskan pendengarannya pada suara di luar seperti tadi.

‘apa yang sebenarnya terjadi?’

Pertanyaan itu berulang kali kuucapkan dalam benakku...

***

_TBC_

Oetthae? Suka g?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar